Kamis, 22 September 2011

Belenggu Kemiskinan


Kata-kata kemiskinan sepertinya sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Bahkan jika menyebut Indonesia, erat kaitannya dengan kemiskinan. Indonesia dan kemiskinan, kenapa seperti memiliki hubungan yang sangat erat. Di indonesia sudah hal yang wajar orang menderita bahkan mati karena kelaparan. Di saat golongan yang lain menghambur-hamburkan uangnya untuk barang-barang yang tidak begitu penting, tapi di sisi lain ada banyak orang yang harus mengais-ngais sampah hanya demi sesuap nasi.
            Hampir 14% penduduk Indonesia hidup dalam kemiskinan. Itu persentasi angka versi BPS, tetapi kita tidak tahu kenyataannya. Tiap tahun kriteria kemiskinan berubah-ubah sesuai kebutuhan pemerintah. Sebut saja sesuai kehendak pemerintah, entah itu relevan atau tidak tetapi yang penting secara persentase angka kemiskinan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun.
            Pada tahun 2007 angka kemiskinan di Indonesia hampir mencapai 17%, lalu tahun 2008 turun menjadi 15,5%, tahun 2009 menurun lagi menjadi 14, 15%. Data yang di update terakhir versi BPS tahun 2010 angka kemiskinan di Indonesia menurun  menjadi 13,33%. Sungguh perkembangan yang mengagumkan. Dari tahun ke tahun angka kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan yang relatif cukup bagus. Dalam periode 4 tahun pemerintah mampu menurunkan angka kemiskinan hampir 4%. Tetapi yang menjadi permasalahannya, di kemanakan 4% penduduk miskin tersebut. Masih menjadi pertanyaan besar, apakah sudah sejahtera atau mati karena kemiskinan?. Itulah hal yang patut dicari tahu.
            Salah satu kebijakan pemerintah yang sangat kontroversial yaitu pemberian BLT (Bantuan Langsung Tunai) atau kadang dipelesetkan menjadi “Bantuan Langsung Tawur”. Bagaimana tidak bisa disebut seperti itu, lihat saja pada kenyataannya banyak korban akibat BLT. Pengambilan BLT yang harus antri dan berjubel kadang memicu konflik kecil yang berbuntut pertikaian atau bahkan ada nenek atau anak kecil yang harus meregang nyawa akibat terjepit antrian. Suatu hal yang ironis sekali penduduk miskin di Indonesia, sudah menderita karena miskin ditambah lagi harus mempertaruhkan nyawa untuk BLT.
            Di sisi lain pembagian uang cuma-Cuma oleh pemerintah itu akan menambah Inflasi. Karena kebanyakan uang tersebut digunakan untuk konsumsi saja, bukan investasi seperti yang dibayangkan pemerintah. Pendapatan naik, maka konsumsi juga naik tanpa dibarengi adanya kenaikan produksi barang dan jasa maka akibatnya permintaan naik dan menyebabkan harga barang dan jasa naik serta uang yang beredar juga bertambah mengakibatkan inflasi.
            Kemiskinan di Indonesia juga erat kaitannya dengan gaya hidup orang Indonesia yang malas dan pasrah. Kebanyakan dari mereka menerima nasib sebagai orang miskin tanpa mau berusaha untuk mengubah nasib. Seolah-olah miskin itu merupakan takdir dari Tuhan yang tidak bisa dirubah. “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mau berusaha” Qs Ar-Ra’du : 11. Tuhan saja berfirman seperti dalam Al-Qur’an, tetapi tetap saja kebanyakan penduduk miskin di Indonesia seperti itu. Seandainya mereka mau agak berusaha sedikit, memperbaiki pola hidup, menaikkan standart pendidikan dan memperbaiki kualitas hidup serta berusaha keras pasti mereka bisa keluar dari belenggu kemiskinan.
            Pemerintah tidak boleh menjadi kambing hitam sepenuhnya atas masalah yang membelit Indonesia ini. Jika kita secara bersama-sama melawan kemiskinan dan kebodohan yang membelenggu bangsa kita, tentu kita bisa lepas dari jurang pemderitaan ini. Maka partisipasi semua pihak sangatlah diharapkan demi memperbaiki kualitas bangsa ini agar dapat menjadi lebih baik lagi. J